Monday, March 16, 2015

Obat HIV Ditemukan?

Hasil percobaan terbaru menunjukan bahwa pengobatan herpes bisa mengurangi tingkat ketergantungan HIV pada infeksi hepes.


Percobaan dilakukan oleh grup riset internasional -termasuk tim dari Case Western Reserve University (CWRU) di Claveland, OH- dan telah dilaporkan di jurnal Clinical infectous disease

Peneliti menemukan -bertentangan dengan studi sebelumnya- bahwa obat herpes yang biasa digunakan (Valtrex) menurunkan tingkat HIV-1 pada pasien yang tidak menderita herpes.

HIV-1 adalah rantai utama HIV yang menyebabkan AIDS. Ketika orang merujuk ke HIV tanpa mengatakan atau mellibatkan jenis virusnya, mereka bermaksud bahwa ini adalah HIV-1.

Sebelumnya ini dikira adalah virus herpes simplex 2 (HSV-2) hadir untuk valacyclovir yang efektif melawan HIV. Hasil ini mendemonstrasikan bahwa mekanisme valacyclovir bertindak melawan HIV tidak hanya melalui adanya HSV-2. Hasil dari penemuan inii menyarankan bahwa hanya valacyclovir efektif untuk  pasien HIV, namun mereka juga menemukan jalan baru untuk pengembangan obat HIV.

Valacyclovir menurunkan virus dengan memblok replikasi HIV-1.

Penemuan ini menyarankan bahwa valacyclovir menurunkan virus kerena aktivitasnya di dalam sel yang terinfeksi HIV, obat ini akan menghentikan replikasi virus.

Ada hubungan antara HIV-1 dan HSV-2 dalam periode penyebab herpes genital yang membuat infeksi herpes kontak melalui hubungan intim. Terobosan herpes disembuhkan dengan acyclovir atau turunannya valacyclovir, yang bisa diberikan dosis yang sedikit.

Acyclovir telah disarankan bahwa obat penghenti reproduksi HIV-1, bahkan tanpa HSV-2.  Studi ini telah dilaporkan bahwa hasil dari percobaan yang telah dilakukan sejak 2009 dan 2012. Satu percobaan dilakukan di Amerika dan satunya lagi di Peru. 18 pasien terinfeksi HIV-1 dan negatif HSV-2 telah didaftarkan. Mereka mempunyai jumlah sel CD4 dan merka tidak mengkonsumsi obat antivirus.

Pasien diacak menjadi 2 grup. Di grup pertama, pengobatan dimulai dengan obat, dan grup yang lain hanya dengan plasebo. Studi ini adalah double-blind, artinya bahwa menyeluruh, tidak hanya pasien dan tidak juga para dokter yang memberikan pengobatan apakah mereka memberikan obat placebo atau obat antivirus.

Pasien meminum obat (antivirus atau placebo) dua kali sehari selama 12 minggu. Percobaan ini adalah percobaan crossover atau percobaan berseberangan, jadi selama 2 minggu diberikan istirahat tanpa ada pengobatan, grup kemudian diganti  - placebo kemudian diganti dengan obat antivirus dan begitu sebaliknya. 12 minggu lainnya minum obat dua kali sehari.


Hasilnya menunjukan bahwa pasien dengan valacyclovir, HIV mereka menurun, dan ketika merika meminum obat placebo, HIV teteap meningkat.

Jadi, obat yang digunakan untuk infeksi virus herpes beraksi baik kepada virus AIDS

No comments:

Post a Comment